2017-05-24
Kab. Bima
Intimidasi dialami dua jurnalis di Bima saat meliput demonstrasi di depan Kampus Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Taman Siswa Bima, Rabu, 24 Mei 2017, sekitar pukul 11.10 wita. Korban wartawan Harian Bima Ekspress, Hermansyah dan wartawan mingguan Suara Rakyat, Ibrahim alias Bram. Kamera mereka diduga dirampas oknum Polisi.

Demonstrasi itu diketahui dimulai sekitar pukul 09.15 Wita, terkait beroperasinya PT. Sanggar Agro Perkasa di Desa Oi Katupa Kecamatan Tambora. Massa dari Liga Mahasiswa Nasional Nasional untuk Demokrasi (LMND) mendesak pemerintah menyelesaikan sengketa agraria antara warga dan perusahaan tersebut.

Saat itu, Hermansyah dan Ibrahim meliput demonstrasi itu dari berbagai sudut. Setelah sekitar 45 menit aksi, massa LMND dan anggota Polres Bima yang mengawal aksi demontrasi terlibat ketegangan. Sebagai bentuk protes lanjutan, massa kemudian nekat memblokade jalan, namun dihalangi lagi oleh sejumlah anggota polisi tadi, sehingga ketegangan berlanjut.

Herman dan Bram pun tak melewatkan setiap detail kejadian dengan kamera masing masing.

Ketika asyik memotret, seorang anggota Polres Bima dari Unit Dalmas tiba – tiba mendatangi Herman dan tanpa alasan jelas melarang mengambil gambar. Namun permintaan tersebut tak langsung digubris Herman dan tetap melanjutkan aktivitas jurnalistiknya. Mengetahui hal tersebut, anggota unit Dalmas lainnya mendekat dan menghardik Herman yang tidak menggubris larangan itu.

Sementara Bram yang saat itu sedang mengambil video menggunakan kamera juga didatangi anggota Polisi lainnya. Tanpa basa basi langsung merampas kamera Bram. Masih dengan arogan, oknum itu menghapus semua file gambar yang ada di kamera Bram.

Meski kameranya dirampas, tak menyurutkan niat Bram untuk terus mengambil gambar menggunakan HP.

Aksi Bram itu kembali memancing emosi oknum anggota tersebut dan menyeret Bram. Kejadian itu kemudian direkam Herman hingga rekannya itu diseret ke Mobil Dalmas. Kali ini Herman yang diintimidasi dan dilarang mengambil gambar tindakan arogan penyeretan itu.

Situasi semakin tegang, Herman pun berinisiatif menunjukkan kartu pers, bahwa mereka sedang meliput dan tak pantas diperlakukan seperti pelaku kejahatan. Namun tidak digubris. Justru polisi terus menyeret Bram dan melontarkan kalimat intimidasi. “Kami tidak mau tau dari media mana, yang penting diangkut dulu. Kalau mau protes silahkan ke kantor,” kata oknum polisi itu kepada Herman.

Herman kembali memberikan penjelasan kepada polisi bahwa mereka hanya meliput aksi demonstrasi dan tak ada niat lain.

Adu mulut antara polisi dengan Herman sempat terjadi, sampai oknum itu ditarik seniornya. Setelah itu, Herman dan Bram pun sama sama dipaksa menjauh dari lokasi demontrasi. Beberapa saat kemudian kamera milik Bram dikembalikan oknum polisi setelah gambar dihapus.

Merasa belum puas dengan kegiatan liputannya, Herman dan Bram bertahan di lokasi dengan radius beberapa belas meter dan tetap memantau jalannya aksi.

Sekitar Pukul 13.00 Wita, Herman dan Bram menyampaikan peristiwa yang dialaminya kepada puluhan wartawan Bima yang sedang berkumpul di sekitar Kantor Pemkot Bima.

Kejadian itu pun dilaporkan sejumlah anggota AJI Mataram di Kota Bima ke Kapolres Bima melalui pesan instan. Kapolres Bima, AKBP. M. Eka Fahurrahman, SIK meminta maaf atas insiden tersebut. Dia pun berjanji akan menindak oknum anggota itu jika terbukti bersalah.

Suspect

Suspect Unknown
Hitler
Kab. Bima
Dalmas
Polisi
Polres Bima

Victim

Hermansyah dan Ibrahim (Pseudonym)
Kota Bima
Jurnalis
Harian Bima Ekspres dan Mingguan Suara Rakyat
Daily

Report violence to Journalist as:

Anggota AJI Tamu

Filter Data:

 
 

By Type:

Berdasarkan Pelaku:

By City: