Website Project Multatuli, projectmultatuli.org mengalami serangan digital setelah merilis laporan “Dua Putri Saya Dicabuli, Saya Lapor ke Polres Baubau, Polisi Malah Tangkap Anak Sulung Saya.” Tim IT Project Multatuli mendeteksi ada kenaikan aktivitas tidak wajar ke website tersebut sejak Selasa, 14 Maret 2023.
Pada Selasa, sekitar pukul 09.00, Project Multatuli mendeteksi pihak-pihak tertentu melakukan “scanning” atau pemetaan celah yang cukup membebani server website mereka. Pada pukul 15.00 WIB, mulai terjadi serangan dengan metode HTTP Flood menggunakan bot di berbagai tempat, yang sulit dibedakan dari lalu lintas normal di website.
Serangan-serangan ini bertujuan untuk mencari celah di website Project Multatuli, supaya bisa diambil alih. Karena gagal, serangan berhenti sementara.
Pada Rabu, 15 Maret 2023, pukul 09.00, mulai terjadi lonjakan aktivitas dan permintaan akses yang juga membebani server. Peningkatan serangan ini berlangsung sampai pukul 21.00. Akibatnya, beberapa pembaca mengeluh website Project M menjadi sangat lambat bahkan sampai tidak dapat dibuka.Terjadi juga ancaman data scraping yang bertujuan mencari celah di website Project Multatuli untuk disusupi. Selain itu, Project Multatuli mendeteksi serangan lain berupa payload attack.
Direktur Eksekutif Project Multatuli Evi Mariani mengatakan hal ini serangan kedua kali bagi PM. Keduanya berkaitan dengan perjuangan ibu demi keadilan atas kekerasan seksual yang menimpa anak-anaknya, dan keduanya berkaitan dengan bagaimana polisi menangani laporan sang ibu.
Sebelumnya, Project Multatuli pernah mengalami serangan siber berupa DDoS setelah menerbitkan laporan kekerasan seksual terhadap tiga anak di Luwu Timur, Sulawesi Selatan, pada Oktober 2021.