2019-05-23
Kota Jakarta Pusat
Kronologis Felik-Tirto.id

01.51 23 mei 2019

Saya masih berada depan Gedung Bawaslu RI melanjutkan liputan aksi demonstrasi tanggal 22 Mei 2019 yang berujung ricuh. Polisi membawa belasan, jika tidak puluhan, massa yang dianggap provokator dari belakang Sarinah Mall ke arah Gedung Bawaslu.

Mereka dibawa masuk ke dalam truk angkut Polri. Belum ada keterangan saat itu mereka dibawa ke mana.

Saat menyeberang dari Sarinah Mall sampai ke Bawaslu, massa itu mengalami intimidasi fisik dan verbal yang tidak terhitung. Sepanjang jalan mereka digebuki, dengan tangan koaong, tongkat, bahkan tameng milik Polri.

Ada banyak wartawan saat itu, tidak ada yang berani secara terbuka merekam kejadian dengan kamera. Beberapa petugas memang berteriak : jangan ada yang merekam.

Saya pun sama tidak merekam kejadian karena takut akan ada masalah. Di belakang saya ada dua wartawan yang saya tidak ketahui medianya.

Ketika saya duduk di separator busway seberang Bawaslu di mana massa sedang diberangkatkan dengan mobil polisi, kedua orang ini juga masih di samping kanan saya, duduk.

Tiba-tiba polisi menghardik salah satu dari dua wartawan itu. Polisi merasa wanita itu merekam kejadian. Dia pun didatangi banyak petugas. Hapenya diambil, foto dan rekaman videonya diperiksa dan dihapus.

Saya yang berada tak jauh di sebelahnya berusaha tidak panik. Saya sedang mengetik berita melalui whatsapp dan tidak melakukan perekaman.

Tiba-tiba satu polisi menuding saya merekam kejadian. Saya katakan tidak karena saya mengetik berita sambil membuka hape.

Lalu datang satu lagi aparat berbaju serba hitam (kemungkinan menjabat sebagai staf pribadi pimpinan Polri, dari pakaiannya) dan menyuruh saya membuka gallery di hape.

Saya katakan dengan pelan dan jelas : iya saya buka, tapi saya jelaskan dulu.

Namun belum diberi kesempatan, aparat berbaju hitam itu malah membalas : saya ga perlu itu, buka gallery ngerti nggak?

Saya bilang saya mengerti, tapi saya jelaskan dulu kalau saya tidak merekam apa-apa dari kejadian tadi. Dia kembali memotong dengan perkataan : Kalau mengerti buka itu gallery.

Saya belum memberikan hape saya dan mau membuka sendiri. Sampai akhirnya Kapolred Jakarta Pusat Kombes Harry Kurniawan datang.

Dia bilang : kalau tidak merekam serahkan pada saya, percaya pada Kapolres.

Saya serahkan hape saya, kemudian Harry tidak menemukan apapun yang mencurigakan. Foto terbaru saya adalah pasukan Brimob yang sedang beristirahat.

"Banyak sekali, fotonya yang mana?" kata Harry.

Saya katakan bahwa foto terbaru saya adalah Brimob yang sedang tiduran. Lagi-lagi polisi berbaju hitam menghardik : ngapain kamu foto-foto Brimob lagi tiduran. Hapus saja itu.

Saya jelaskan alasannya adalah untuk merekam perjuangan Polri, tapi dia tetap tak mendengar.

Menyerah, Harry pun tidak menghapus apa-apa. "Ga ngerti saya foto yang paling baru yang mana ini."

Saya jelaskan lagi, dia tidak peduli. Harry menyerahkan hapenya kepada salah satu anggota polisi yang lain. Dia pun pergi meninggalkan saya.

Di situ, anggota polisi langsung membuka barisan video dan menghapus beberapa video dan foto yang saya simpan.

Semuanya tidak berkaitan dengan kejadian pemukulan depan Bawaslu. Tapi yang dihapus adalah satu video pemukulan oleh Brimob di Jalan Sunda.

"Ini ada video polisi mukulin. Bahaya kamu ini," kata anggota itu.

Saya kemudian mengawasi apalagi yang mau dia hapus, tapi dia berusaha menutupi. Saya melarang sedikit agar foto tidak dihapus semuanya.

"Iya saya tahu, saya orang pintad. Jangan kamu pikir saya orang bodoh," katanya lagi.

Setelah puas menghapus video dan foto, hape saya dikembalikan.
*note : kutipan2 di atas adalah perkiraan berdasar ingatan saya. Tapi demikian poin omongan tokoh di atas.

Pelaku

Pelaku Tidak dikenal
Polisi
Polisi
Polri

Korban

Felix (Nama Samaran)
jurnalis
Tirto.id
Media Online

Laporkan Kekerasan Terhadap Jurnalis Sebagai:

Anggota AJI Tamu

Pilih Data:

 
 

Berdasarkan Jenisnya:

Berdasarkan Pelaku:

Berdasarkan Kota: